Review: Coklat butir | Kenangan dalam butiran masa

By 15.39

Ceritanya, tadi buka puasa bersamanya ditunda dulu nemenin temen yang masih jualan takjil di lapak usdan. Setelah dapet pinjeman motor *jujur amat* kami bertiga segera cusss ke salah satu tempat makan lele yang sudah menjamur di banyak kota di Indonesia. Kenapa lele ? Soalnya aku lagi pengen banget makan lele saus padangnya yang enakkkk.... *nelen liur*

Selesai makan, ke kos temen, dan ritual girl-talk pun dimulai. Ya.. tau sendirilah bagaimana jika dua orang anak gadis sedang melakukan ritual itu. Apa aja bisa dibahas.
Okee.. kita lanjut. Tapi bukan hal-hal diatas yang mau dibahas kali ini.


Ini nih yang akan kita bahas kali ini. Tadi sepulang dari kos temen, aku mampir warung samping kosan buat beli "sajen" yang bisa menyuplai kebutuhan selama belajar UAS. Eh ada si coklat kacamata. Yaudah deh aku ambil. Terus, di sebelahnya ada Cha-Cha. Wah pas banget pikirku. Aku bisa menyandingkan mereka berdua didalam blog ini. Lumayan lah, review-review sedikit tentang makanan kan ya..
Cha-cha dan Coklat kacamata

Masih ingat jajanan yang dibawah bentuknya kacamata? Yup benar, itu jajanan yang sangat dikenal dikalangan anak-anak yang lahir di era 90'an.
Sedangkan yang satunya? Cha-Cha. Lebih modern sih ya, jadi mungkin lebih duluan si coklat kacamata ya terkenalnya.
Nah. Apa sih yang membedakan dari kedua coklat ini?
Yoo kita mulai!!!

Cha-Cha Vs. Coklat kacamata (maafkan atas penamaan yang tak jelas ini)


  1. Kemasan
    Dari segi kemasan, kedua coklat kancing/butiran ini memiliki cara masing-masing dalam mengemas produknya. 
    Si Cha-Cha, sudah menggunakan kemasan yang modern, bisa dibuktikan dari kemasannya yang menggunakan plastik dengan packaging design yang modern.
    Sedangkan coklat kacamata, masih konsisten dengan kemasannya yang berbentuk kacamata, ataupun ada juga beberapa yang berbentuk angka 8.
  2. Isi
    Perbandingan isi

    Nah ini dia perbedaan selanjutnya yang bisa dilihat *setelah dibuka loh yaa* dari kedua makanan yang imut ini. Ukuran butiran coklat kacamata lebih kecil dari pada ukuran butiran Cha-Cha. Jumlahnya pun berbeda. Jika Cha-cha memiliki butiran coklat yang lebih besar, tapi isinya cuman ada 9 butir *sedih*. Sedangkan Coklat kacamata, berhubung ukuran butirannya lebih kecil, jadinya isinya lebih banyak deh. 12 butir! Lumayan bagi anak kos yang sangat memperhatikan kuantitas nih. (Wong kalo harga beda Rp 500 aja udah mikir keras buat ngeluarin uang) hahaha.
  3. Rasa
    Kalau tadi kita bicara tentang jumlah a.k.a kuantitas, sekarang kita bahas rasa. Yaa memang sih rasa suatu makanan itu berbeda menurut masing-masing lidah. Tapi karena ini reviewnya aku yang bikin, rasanya menurut lidah aku loh ya! *maksa*. Untuk rasa, aku sih lebih suka yang Cha-cha dari pada si coklat kacamata. Cha-cha lebih berasa gitu coklatnya. Mungkin karena ukuran butirannya lebih besar kali ya. Tapi kalau coklat kacamata, rasa coklatnya kurang. Dan masih ada sisa-sisa rasa butter gitu setelah makan coklatnya.
  4. Harga
    Wah, udah bahas tentang harga aja nih. Tenang-tenang, karena ini review untuk menyandingkan kedua belah pihak yang terjebak dalam butiran coklat (bukan terjebak dalam butiran masa lalu loh ya), aku sengaja pilih harganya yang sama. Untuk Cha-cha ukuran kecil itu (lupa catet berapa gram) harganya Rp 500. Si coklat kacamata juga harganya sama, Rp 500. Jadi yaa murah lah ya untuk icip-icip dengan harga segitu (tapi ga puas makannya T.T)
  5. Fungsi
    Selain dari 4 hal diatas, ada satu hal lagi yang harus dibahas kalo udah bawa-bawa si coklat kacamata. Tapi sayang, Cha-Cha ga memiliki yang satu ini. Apa itu? Fungsi. Yap benar! Apalagi kalo bukan untuk dipakai sebagai kacamata. kan lumayan tuh buat mainan sama temen. Atau sekedar untuk narsis dan berselfie ria. Tapi lebih dari itu, fungsinya adalah sebagai kacamatan untuk mengenang kenangan masa lalu. Masa dimana kita bangga dengan mainan-mainan sederhana seperti kacamata ini, bukan pamer-pameran gadget baru atau sibuk dengan game dan chat di media sosial seperti sekarang ini. Yuk mulai dari sekarang kita lestarikan mainan sederhana yang keberadaannya semakin tergerus zaman.
Setiap masa memiliki kenangannya tersendiri. Jangan pernah mencoba mengubahnya, atau bahkan menghapusnya. Tapi biarkan ia membentuk butiran demi butiran, yang akan mengisi toples kehidupan. Hingga suatu masa butiran itu sampai pada butiran terakhir, biarkan ia tetap utuh.

Sekian ^.^


You Might Also Like

0 komentar