Tentang koper

By 13.25

Judulnya "Ketika Bolang ilang-ilangan". Jangan remehkan wanita bertubuh "mini". Dengan tinggi badan 150an cm, tidak sedikit yang bertanya "Kamu sendiri?". Ku mengangguk tanda jawaban iya. Biasanya juga kemana2 sendiri. "Kamu berani? Ga takut gitu? Kan jauh" tanya mereka -laki2 maupun perempuan- dengan nada tidak percaya dan dahi yang berkerut. "Bukan saya tidak takut, rasa takut itu pasti ada. Mulai dari duduk dengan orang asing (yang berkemungkinan laki2) di bis selama 10 jam, macet yang bikin takut telat check in, belum lagi turun diterminal jakarta untuk lanjut Damri bandara. Terminal yang...hemm isi sendiri lah ya.
Apalagi jika bisnya tidak masuk ke terminal (mungkin dikejar waktu karena sudah terlahap oleh macet sepanjang perjalanan), harus turun menepi dan mencari "orang terpercaya" untuk ditanya dimana letak Damri bandara. Masuklah aku ke Provost sebelah terminal Kp.R, menanyakan pada petugas berseragam loreng yang sedang berjaga di pos. Atas saran beliau, "ojek ke dalam terminal" karena cukup jauh. Ahhh, terima kasih telah dikasih kisaran harganya pak, sehingga tak tertipu dengan patokan harga yang diberikan dengan sangat paripurna itu.
"Gila, itu semua kamu bawa sendiri barangnya?" tanya mereka lagi sambil gemas melihat koper2 dan ransel yg gendut ini. Ku tertawa mengiyakan. Sebuah koper bagasi dengan berat hampir 20kg, sebuah koper kabin dengan berat 6,7kg, ransel yang gendut juga (Alhamdulillah ga ditimbang, bakalan over baggage). Belum lagi menaikkan ransel dan koper kabin ke atas tempat duduk. Tenang, ini semua belum seberapa. Waktu dari Chitose ke Soetta tahun lalu, koper bagasi 23kg, koper kabin (yang beruntungnya tidak ditimbang, arigatou onee-chan) ransel dan alat tempur musim dingin yg harus dilepas setibanya di Soetta. Berat, ya memang berat.
Tapi tenang, semua bisa dilakukan. Jangan remehkan. For you, "mini squads", be brave, be proud of yourself, your body. Kita terlahir dengan segala kelebihan yang kita miliki. 

You Might Also Like

0 komentar